SURAT TERBUKA UNTUK ANAKKU DI MASA DEPAN

( Ku tuliskan surat ini pada usia 23 Tahun saat aku masih memiliki banyak energi untuk belajar demi apa yang ingin ku berikan pada anak dan pasanganku di masa depan. Meski baru sebuah tulisan , saat takdir membawa kami saling bertemu, maka kami akan berdoa bersama- Aulina)

       Masa muda adalah masa yang paling tidak akan bisa dilewati dengan mudah. Masa muda adalah masa pencarian dimana saat ini kami memiliki banyak jalan terjal dan hambatan yang siap datang kapan saja dihadapan kami. Jalan mana yang kami tuju, resiko apapun yang kami hadapi, keputusan apapun yang kami pilih, semuanya adalah serba pilihan. Saat ini aku sedang dalam masa dimana memilih banyak jalan untuk membongkar mimpi yang sekiranya bisa diperjuangkan, bisa dihentikan bahkan bisa diubah dengan jalan lain. Semua ku lakukan untuk orang tuaku atau kakek nenekmu di masa depan. Percayalah aku pernah menjadi anak seperti halnya dirimu saat membaca tulisan ini. Maka tetaplah menjadi dirimu yang terus berkembang, meskipun kegagalan kau dapati, pilihanmu hanya mencari jalan lain dan tetap bergerak kedepan, tidak ada yang lain.
       Kamu pasti pernah mendengar bahwa tidak ada yang pernah melihat Tuhan. Itu adalah masalah ketaatan, iman, dan kepercayaan. Tapi aku ingin memberi tahu kalian bahwa aku sudah pernah melihat Tuhan, Pada darah dan dagingnya, pada senyum dan tawanya, setiap suka cita, kesedihan, ujian, dan keadaan, semua ku dapatkan dari kedua orang tuaku. Aku yatim yang tidak bisa melihat ayah. Yang tidak pernah merasakan cinta dari seorang ayah. Tapi kuberi tahu dengan tulus, kepada kalian yang membaca tulisanku ini. Bahwa aku baru tersadar,selama ini ayah tiriku telah memberikanku kasih sayang, dalam sebuah didikan yang amat begitu keras tanpa ampun, pada segala keringat yang tak terlihat, pada kaki kuat yang tak berhenti berbuat.  Kasih sayang itulah yang tidak bisa membuatku meminta sesuatu yang lebih dari sekedar meminta sebuah cinta. Karena cinta sesungguhnya adalah mengajarkan sesuatu yang berguna untuk masa depan dan tidak sekedar berbicara hari ini lantas menghilang. Tapi pada Tuhan aku meminta satu hal, agar Tuhan menciptakan lebih banyak laki-laki yang bertanggung jawab untuk tidak meninggalkan perempuan dan anaknya dalam keadaan apapun termasuk ayahmu yang belum dipertemukan denganku hari ini. Hanya itu saja.
Anakku dimasa depan…
Kamu pasti mencintai kami (orang tuamu) karena kamu sendiri adalah anak yang baik, anak yang diharapkan dengan segala doa terbaiknya. Sebenarnya aku bukan penulis, penulis adalah mereka yang memiliki banyak ilmu pengetahuan, aku hanya menulis tentang hidup yang mengajarkanku banyak hal, Tulisan ini juga bukan untuk dinikmati setiap orang tapi bisa juga untuk dilupakan bagi yang membacanya kecuali dirimu. Tulisan ini menjelaskan tentang peristiwa masa lalu, kini, dan yang akan datang. Tulisan ini tentang hubungan dari 3 generasi. Tulisan ini tentang bahu yang terkulai, dimana seorang anak muda pernah duduk menatap dunia, Pemuda yang berdiri dan pernah jatuh berkali-kali. Tulisan ini tentang tangan yang gemetar, yang mengajari mereka untuk berjalan dan tertatih, tulisan ini  tentang mulut yang kering setelah menyanyikan lagu kebersamaan, namun mulut itu sekarang sudah bungkam dan enggan bersuara, tulisan ini juga harus bisa mengajarimu bagaimana untuk belajar mengabdi kepada orang tua.  Zaman sudah berubah, hidup pun juga berubah, jika aku ingat orang-orang terdahulu yang menjalin hubungan dan ikatan dalam melakukan sesuatu dengan sopan dan santun pada orang tuanya, Orang tua adalah dewa, di telapak kaki ibu terdapat surga dan sekarang di zamanku semua orang sudah sangat bijaksana, generasiku sangat pintar dan juga praktis, bagaimana setiap hubungan dengan orang tua ibarat menaiki tangga yang membuat mereka naik lebih tinggi. tetapi saat mereka tidak bisa menggunakan tangga ini, perabotan yang rusak dalam rumah, pakaian lama, dan surat kabar lama mereka buang ke gudang ke atas loteng dan dibiarkan berdebu. Begitulah kamu anaku di masa depan, kamu akan menjumpai sesuatu yang lebih terbaru, sesuatu yang canggih, dan bahkan tidak terkalahkan dengan apa yang orang tuamu miliki.
       Tapi hidup tidak membawamu naik seperti tangga, hidup seperti menanam pohon, orang tua bukanlah anak tangga yang dinaiki , orang tua adalah jiwa seseorang. Tanpa menghiraukan ukuran, kerimbunan pohon itu tidak bisa berdiri sendiri meski akarnya ditebang ia tidak akan jatuh. Dengan segala kerendahan hati aku bertanya sekarang, untuk kebahagiaan siapa setiap orang tua menghabiskan setiap rupiahnya yang diberikan dengan senyuman, jika suatu saat penglihatan ayah atau ibumu melemah jangan ragu untuk memberinya sedikit cahaya, jika seorang ayah atau ibumu dapat membantu menentukan langkah pertama dalam hidupmu, kenapa anak tidak bisa memberikan dukungan saat orang tua mengambil langkah terakhir di hidupnya. Kejahatan apa yang telah dilakukan orang tua yang telah mengabdikan hidupnya untuk anaknya ?
Anaku di masa depan....
Kalian jangan melupakan, bahwa keberadaan kami sebagai orang tua akan menjadi hari esok untuk kalian. Jika kita tua hari ini , kalian juga akan tua suatu hari nanti. Aku menulis ini berharap jejak digital tidak akan membuat tulisan ini beranjak pergi dan tidak ada yang membacanya termasuk kalian..

Tuban, 24 Juni 2020




Komentar

  1. Sebenarnya saya belum tau cara menulis komentar yang baik dan benar, yang saya tau saat ini ialah terus bersyukur dan berdoa semoga keturunanku nanti membaca surat terbuka ini. Aamiin...

    BalasHapus
  2. Semoga pemuda lainnya juga dapat berkarya, produktif dan kreatif, menuangkan setiap hasil olah pikir dengan menulis dan mengisi hari dengan belajar dan berkarya seperti sang Putri, lanjutkan putri dan tetaplah semangat...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSOK DIBALIK LAYAR

Menjadi Mandiri

Apakah salah kita BENAR?